Pages

Friday, January 02, 2009

Hadiah Sang Ayah

Seorang pemuda sebentar lagi akan di wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi
seorang sarjana, akhir jerih payahnya selama beberapa tahun di bangku
pendidikan. Beberapa bulan yang lalu dia melewati sebuah showroom, dan saat
itu dia jatuh cinta kepada sebuah mobil sport, keluaran terbaru dari Ford.
Selama beberapa bulan dia selalu membayangkan, nanti pada saat wisuda
ayahnya pasti akan membelikan mobil itu kepadanya. Dia yakin, karena dia
anak satu-satunya dan ayahnya sangat sayang padanya, sehingga dia yakin
banget nanti dia pasti akan mendapatkan mobil itu. Diapun berangan-angan
mengendarai mobil itu, bersenang-senang dengan teman-temannya. Bahkan semua
mimpinya itu dia ceritakan ke teman-temannya. Saatnya pun tiba, siang itu,
setelah wisuda, dia melangkah pasti ke ayahnya.

Sang ayah tersenyum, dan dengan berlinang air mata karena terharu dia
mengungkapkan betapa dia bangga akan anaknya, dan betapa dia mencintai
anaknya itu. Lalu dia pun mengeluarkan sebuah bingkisan,.. . bukan sebuah
kunci! Dengan hati yang hancur sang anak menerima bingkisan itu, dan dengan
sangat kecewa dia membukanya. Dan dibalik kertas kado itu ia menemukan
sebuah Alkitab yang bersampulkan kulit asli, di kulit itu terukir indah
namanya dengan tinta emas.

Pemuda itu menjadi marah, dengan suara yang meninggi dia berteriak,
'Yaahh... Ayah memang sangat mencintai saya, dengan semua uang ayah, ayah
belikan alkitab ini untukku?'

Lalu dia membanting Alkitab itu dan lari meninggalkan ayahnya. Ayahnya
tidak bisa berkata apa-apa, hatinya hancur, dia berdiri mematung ditonton
beribu pasang mata yang hadir saat itu.

Tahun demi tahun berlalu, sang anak telah menjadi seorang yang sukses.
Dengan bermodalkan otaknya yang cemerlang dia berhasil menjadi seorang yang
terpandang. Dia mempunyai rumah yang besar dan mewah, dan dikelilingi istri
yang cantik dan anak-anak yang cerdas.

Sementara itu ayahnya semakin tua dan tinggal sendiri. Sejak hari wisuda
itu, anaknya pergi meninggalkan dia dan tak pernah menghubungi dia. Dia
berharap suatu saat dapat bertemu anaknya itu, hanya untuk meyakinkan dia
betapa kasihnya pada anak itu. Sang anak pun kadang rindu dan ingin bertemu
dengan sang ayah, tapi mengingat apa yang terjadi pada hari wisudanya, dia
menjadi sakit hati dan sangat mendendam.

Sampai suatu hari datang sebuah telegram dari kantor kejaksaan yang
memberitakan bahwa ayahnya telah meninggal, dan sebelum ayahnya meninggal,
dia mewariskan semua hartanya kepada anak satu-satunya itu. Sang anak
disuruh menghadap Jaksa wilayah dan bersama-sama ke rumah ayahnya untuk
mengurus semua harta peninggalannya. Saat melangkah masuk kerumah itu,
mendadak hatinya menjadi sangat sedih, mengingat semua kenangan semasa dia
tinggal disitu. Dia merasa sangat menyesal telah bersikap jelek terhadap
ayahnya. Dengan bayangan-bayangan masa lalu yang menari-nari di matanya,
dia menelusuri semua barang di rumah itu. Dan ketika dia membuka brankas
ayahnya, dia menemukan Alkitab itu, masih terbungkus dengan kertas yang
sama beberapa tahun yang lalu.

Dengan airmata berlinang, dia lalu memungut Alkitab itu, ia membuka Alkitab
tersebut dan mulai membalik-balik halamannya. Ayahnya menggaris dengan rapi
sebuah ayat, Matius 7:11.

'Dan kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, masakan
Bapa-mu yang di sorga tidak akan memberikan apa yang kamu minta
kepada-Nya?'

Selesai dia membaca tulisan itu, sesuatu jatuh dari bagian belakang Alkitab
itu. Dia memungutnya. . sebuah kunci mobil! Di gantungan kunci mobil itu
tercetak nama dealer, sama dengan dealer mobil sport yang dulu dia idamkan!
Dia membuka halaman terakhir Alkitab itu, dan menemukan di situ terselip
STNK dan surat-surat lainnya, namanya tercetak di situ. Dan sebuah kwitansi
pembelian mobil, tanggalnya tepat sehari sebelum hari wisuda itu.

Dia berlari menuju garasi, dan di sana dia menemukan sebuah mobil yang
berlapiskan debu selama bertahun-tahun, meskipun mobil itu sudah sangat
kotor karena tidak disentuh bertahun-tahun, dia masih mengenal jelas mobil
itu, mobil sport yang dia dambakan bertahun-tahun lalu. Dengan buru-buru
dia menghapus debu pada jendela mobil dan melongok kedalam. Bagian dalam
mobil itu masih baru, plastik membungkus jok mobil dan setirnya, di atas
dashboardnya ada sebuah foto, foto ayahnya, sedang tersenyum bangga.
Mendadak dia menjadi lemas, lalu terduduk disamping mobil itu, air matanya
tidak terhentikan, mengalir terus mengiringi rasa menyesalnya yang tak
mungkin diobati...

HOW MANY TIMES DO WE MISS GOD'S BLESSINGS BECAUSE WE CAN'T SEE PAST OUR OWN DESIRES.

No comments:

vadis web search

Custom Search

Extras!

JakFM




Bloggosphere News!

Popular Posts

Sindikasi Utama Okezone